Sabtu, 31 Desember 2011

Pak Kiai dan Iblis


Ketika Iblis Membentangkan Sajadah


Siang menjelang dzuhur. Salah satu Iblis Ada di Masjid. Kebetulan Hari itu
Jum'at, saat berkumpulnya orang. Iblis sudah Ada dalam Masjid. Ia tampak
Begitu khusyuk. Orang mulai berdatangan. Iblis menjelma menjadi ratusan
Bentuk & masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau
Masuk lewat lubang pembuangan air. Pada setiap orang, Iblis juga masuk lewat
Telinga, ke dalam syaraf Mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut
Jantung setiap para jamaah yang hadir. Iblis juga menempel di setiap
Sajadah.

"Hai, Blis!", panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu.
Iblis merasa terusik : "Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau
Larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang dalam Masjid
Ini!", jawab Iblis ketus.
"Ini rumah Tuhan, Blis! Tempat yang suci,Kalau kau mau ganggu, kau bisa
Diluar nanti!", Kiai mencoba mengusir.
"Kiai, Hari ini, adalah Hari uji coba sistem baru". Kiai tercenung.
"Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu".
"Dengan apa?"
"Dengan sajadah!"
"Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Blis?"
"Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka
Akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega
Memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan
Besar!"
"Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak Ada yang
Baru,Blis?"
"Bukan itu saja Kiai..."
"Lalu?"
"Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan
Gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar-lebar"
"Untuk apa?"
"Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum
Yang Kau pimpin, Kiai! Selain itu, Saya akan lebih leluasa, masuk dalam
Barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang.
Dan saya Ada dalam kerenganggan itu. Di situ Saya bisa ikut membentangkan
Sajadah".

Dialog Iblis Dan Kiai sesaat terputus. Dua orang datang, Dan keduanya
Membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan. Salah satunya, memiliki
Sajadah yang lebar. Sementara, satu lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang
Punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat
Kanan-kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak
Hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa
Berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya,
Sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya. Keduanya masih
Melakukan sholat sunnah.
"Nah, lihat itu Kiai!", Iblis memulai dialog lagi.
"Yang mana?"
"Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang
Berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka".

Iblis lenyap. Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf.
Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunah.
Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan Iblis sebelumnya. Pemilik
Sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, IA
Membuka sajadahya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah
Yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya. Ia
Kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal
Serupa. Ia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditumpuk oleh sajadah
Yang lebar. Itu berjalan sampai akhir sholat. Bahkan, pada saat sholat wajib
Juga, kejadian-kejadian itu beberapa kali terihat di beberapa masjid. Orang
Lebih memilih menjadi di atas, ketimbang menerima di bawah. Di atas sajadah,
Orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah
Lebar, maka, IA akan meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil.
Sajadah sudah dijadikan Iblis sebagai pembedaan kelas. Pemilik sajadah
Lebar, diindentikan sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus
Lebih di atas dari pada yang lain. Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas
Bawah yang setiap saat akan selalu menjadi sub-ordinat dari orang yang
Berkuasa.

Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang
Lain.
"Astaghfirullahal adziiiim ", ujar sang Kiai pelan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar